Mahasiswa Iran Mendaftar Perang Lawan Israel

Selasa, 30 Desember 2008


Sedikitnya 7.000 mahasiswa dari kota Isfahan di bagian tengah Iran, Senin (29/12), mendaftarkan diri untuk memerangi Israel.

"Pada hari pertama pendaftaran untuk memerangi rezim Zionis dan membantu rakyat Palestina, 7.000 mahasiswa dari berbagai universitas di Isfahan telah menyampaikan kesediaan," kata Mohammad Zarifi, anggota Perhimpunan Mahasiswa Islam Iran, sebagaimana dikutip kantor berita Iran, Fars.

Masih pada hari yang sama, satu lagi kelompok mahasiswa Iran, Mahasiswa Basij (Relawan) dari Teheran Universities, mengumumkan, organisasi tersebut mendaftar relawan untuk memerangi Israel.

Pendaftaran itu dilakukan sehari setelah pemimpin spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei mengeluarkan fatwa yang menyatakan, siapa saja yang meninggal dalam perang melawan Israel dan membela Jalur Gaza akan menjadi syahid.

"Sebagai jawaban atas fatwa pemimpin spiritual mengenai Jihad (perang suci), mahasiswa Basij dari seluruh universitas Iran telah mendaftarkan diri dan pendaftaran akan dibuka besok," kata Alireza Zahedi, anggota Mahasiswa Basij di Teheran University, tanpa menyebutkan berapa jumlah mahasiswa yang sudah mendaftar.

"Dalam waktu dekat, mahasiswa yang terdaftar akan mengadakan pertemuan guna menyampaikan kesediaan kepada pemimpin spiritual untuk berperang di wilayah pendudukan (Palestina)," katanya.

Ribuan orang Iran, termasuk mahasiswa, melancarkan pawai di Teheran pada Senin pagi untuk mengutuk serangan Israel di Jalur Gaza. Mereka membawa spanduk yang berisi slogan anti-Israel dan anti-AS.

Sejak Sabtu pagi, Israel melancarkan serangan udara besar yang dikatakannya ditujukan kepada anggota Hamas di Jalur Gaza dan menewaskan sedikitnya 345 orang serta melukai lebih dari 1.000 orang.

Hamas menguasai Jalur Gaza, mendapat dukungan kuat Iran, yang tak mengakui Israel sebagai salah satu negara masyarakat internasional.

Di markas besar PBB, New York, duta besar Mesir dan Palestina di badan dunia itu mengatakan, Senin, mereka meminta Dewan Keamanan PBB membuat Israel mematuhi seruan dunia untuk segera menghentikan kekerasan dan aksi militer di Jalur Gaza.

Selengkapnya......

Indonesia Menjadi Tempat Terbaik Pidato Bersejarah Obama

Senin, 22 Desember 2008


Indonesia adalah pilihan terbaik bagi Presiden AS Barack Obama untuk menyampaikan pidato bersejarahnya tentang perbaikan hubungan AS dan dunia Islam karena modal sosial budaya, posisi strategis, dan sistem politiknya yang demokratis. "Sangat tepat kalau Indonesia dijadikan tempat oleh Obama untuk mulai membangun citra damai itu karena Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia yang setara dengan jumlah penduduk muslim dari 14 negara Timur Tengah," kata akademisi muslim Indonesia di Universitas Queensland (UQ), Akhmad Muzakki.

Selain faktor penduduk, maka modal sosial budaya masyarakat Indonesia yang lebih bisa menerima perbedaan dan terbiasa dengan toleransi adalah kekuatan lain yang patut dipertimbangkan Obama.
"Dengan negara yang memiliki modal sosial budaya seperti Indonesia ini, pemerintahan Barack Obama harus menjalin kerja sama yang baik. Indonesia juga merupakan negara demokratis terbesar ketiga di dunia. Posisi politiknya di dunia internasional, khususnya Asia, pun cukup disengani," katanya.

Lebih dari itu, seandainya Presiden Obama memilih Indonesia, tempat terbaik baginya untuk menyampaikan pidato bersejarahnya itu adalah Pulau Dewata, Bali. Dengan memilih Bali, masyarakat dunia pun bisa melihat agenda maupun tujuan penting kampanye Obama itu.

Masyarakat internasional dapat melihat betapa Indonesia yang berpenduduk mayoritas Muslimin turut menjadi korban dari praktik radikalisme oleh segelintir orang di Bali dan beberapa tempat lain di Indonesia. "Korban terbanyak dari aksi radikalisme itu adalah juga Muslim, dan Bali tercatat dalam sejarah sebagai tempat yang dua kali mengalami aksi kekerasan (kelompok radikal)," katanya.

"Di daerah turis utama dunia, Bali, yang berpenduduk mayoritas Hindu dan tetap eksis dengan tradisi agama dan budayanya itu di Indonesia yang mayoritas Muslim, maka Barack Obama bisa menyampaikan keinginan AS untuk melakukan rekonsiliasi dengan dunia Islam," kata Akhmad Muzakki. Akhmad Muzakki mengatakan, terpuruknya citra AS di mata komunitas Muslim di banyak negara dan kemudian memicu sikap anti-Amerikanisme tidak dapat dilepaskan dari sepak-terjang pemerintahan dan sosok Presiden George W.Bush yang "cowboy".

Namun, pemerintah AS di masa Bush cenderung salah membaca sikap anti-Amerikanisme ini karena mereka yang bersikap anti dicap Amerika sebagai orang yang "mengalami radikalisasi dan ekstremisasi padahal mereka yang anti-Amerika tidak selalu mempunyai pemahaman ekstrimisme". Sikap anti-Amerikanisme itu lebih disebabkan tidak tahan dengan aksi dan sikap kesewenang-wenangan AS selama pemerintahan Bush.

Kasus pelemparan sepasang sepatu terhadap Presiden Bush di Irak oleh wartawan baru-baru ini kembali menjadi bukti dan sepatutnya dibaca oleh Amerika sebagai penanda simbolik. Munculnya sikap anti-Amerikanisme itu bukan apa-apa kecuali disebabkan oleh sikap ’cowboy’-nya Presiden Bush.

Dalam konteks inilah keinginan Presiden terpilih Barack Obama untuk memperbaiki hubungan AS dengan Dunia Islam sangat positif. "Hal pertama yang harus dimunculkan pemerintahan Obama adalah interaksi yang damai untuk mewujudkan koeksistensi damai antara Amerika dan non-Amerika, termasuk Dunia Islam."

Sikap ’cowboy’-nya Bush sebagai pemicu utama sikap anti-Amerikanisme ini harus diperhatikan Obama. Dan, Indonesia menjadi tempat penting bagi Obama untuk mulai membangun citra damai Amerika.

Selengkapnya......

Mahasiswa Ragukan BHP

Minggu, 21 Desember 2008


Sempat bersikeras menolak Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (BHP), sebagian dari 38 orang perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi akhirnya bisa menerima subtansi Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan. Namun, mahasiswa meragukan kemampuan pemerintah menutup biaya investasi dan beasiswa di perguruan tinggi negeri.

“Secara substansi, mahasiswa tidak lagi mempermasalahkan UU BHP,” kata Bagus Juliantok, mahasiswa Institut Teknologi Bandung yang juga anggota Majelis Wali Amanat ITB saat ditemui di sela-sela diskusi dengan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Fasli Jalal di Kantor Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, Jumat (19/12).

Namun, kata Bagus, adanya Undang Undang Badan Hukum Pendidikan mengharuskan pemerintah mengalokasikan anggaran yang sangat besar untuk menutup biaya investasi dan beasiswa di perguruan tinggi negeri. “Biayanya sangat besar, kami ragu pemerintah mampu,” kata dia lagi.

Sementara, juru bicara Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Padjadjaran Gena Bijaksana menyatakan akan tetap mempermasalahkan disahkannya Undang Undang Badan Hukum Pendidikan. "Masih banyak yang tidak jelas,” kata dia.

Gema mencontohkan Bab 10 Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan yang mengatur pembubaran perguruan tinggi. “Pernyataan tentang pailit berpotensi meresahkan masyarakat. “Perguruan tinggi bukan perusahaan,” katanya.

Selain mempertanyakan pasal pembubaran, salah satu mahasiwa dari Universitas Pendidikan Indonesia Irawan menyebut pasal 46 mengenai kewajiban perguruan tinggi negeri merekrut 20 persen mahasiswa dari kalangan tidak mampu sebagai itikad yang ragu-ragu. "Terkesan tidak adil, mengapa hanya 20 persen? Bagaimana yang 80 persen sisanya?” ujar dia. Keraguan mahasiswa, kata Fasli Jalal, dapat dimengerti. Pasalnya mahasiswa merupakan komponen penting perguruan tinggi. “Analisa mereka harus didengarkan,” kata dia.

Selengkapnya......

Bush Dilempari Sepatu, Malah Bercanda

Senin, 15 Desember 2008


Kunjungan Presiden AS, George W. Bush yang sangat dirahasiakan di Baghdad sempat diwarnai oleh aksi pelemparan sepatu. Bush yang akan berakhir masa jabatannya pada bulan depan justru memuji perkembangan pertempuran yang dilancarkan oleh pasukan AS. "Ini adalah ciuman perpisahan, kamu anjing!" teriak seorang pelaku unjuk rasa dalam bahasa Arab.

Pelaku unjuk rasa yang melemparkan sepatunya ke arah Bush itu diketahui bernama Muntadar al-Zeidi, seorang koresponden Al-Baghdadia, televisi nasional Irak yang berbasis di Kairo, Mesir. "Ini untuk para janda, anak-anak yatim piatu, dan mereka yang tewas terbunuh di Irak," ucap Muntadar al-Zeidi lantang untuk menjelaskan aksinya melempar dua buah sepatu ke arah Bush.

Bush berhasil menghindar dari sepatu yang melayang ke arah dirinya dengan menundukkan kepalanya. Kedua sepatu melintas di atas kepala Bush dan menghantam dinding yang dibelakangi oleh Presiden AS itu dengan suara cukup keras.

"Ukuran 10," kata Bush dengan penuh canda mengomentari sepatu yang melayang ke arah dirinya itu. Komentar itu disampaikan Bush setelah Muntadar al-Zeidi melempar dua sepatu ke arah Presiden AS tersebut dari jarak sekitar 6 meter.

Pada lemparan sepatu pertama, Bush menunduk dan sepatu itu hampir menyentuh kepalanya. Bush kembali menundukkan kepala saat lemparan sepatu kedua yang berlangsung dengan cepat sebelum akhirnya wartawan itu dibawa ke luar ruangan oleh beberapa personel keamanan.

Bush berkunjung ke Ibu Kota Irak itu tepat 37 hari sebelum ia menyerahkan kebijakan perangnya kepada Barack Obama yang telah berjanji mengakhiri pertempuran tersebut. Bush berupaya menekankan penurunan aksi kekerasan dan merayakan kesepakatan keamanan yang dijalin oleh AS dan Irak belakangan. Kesepakatan itu menyerukan penarikan pasukan AS dari Irak menjelang akhir 2011.

Hampir 150.000 tentara AS masih berada di Irak. Lebih dari 4.209 tentara AS tewas dan dana 576 miliar dollar AS telah dihabiskan sejak pertempuran di negara itu dimulai 5 tahun 9 bulan silam.

Hasil beberapa jajak pendapat menunjukkan, sebagian besar warga AS yakin bahwa Pemerintah AS telah menyimpang dari target invasi ke Irak pada 2003. Bush mendeklarasikan perang melawan Pemimpin Irak Saddam Hussein dengan alasan bahwa negara di Timur Tengah itu menyimpan senjata pemusnah massal.

Namun, senjata pemusnah massal yang dimaksud tidak pernah ada sehingga intelijen AS didiskreditkan dan kredibilitas pemerintahan Bush tercoreng.

Selengkapnya......

Cacing Berambut Api

Sabtu, 13 Desember 2008


Selain hidup di lumpur hangat yang ada di dasar laut, jenis cacing yang baru ditemukan ini juga memiliki "rambut api." Tubuhnya tak hanya silinder memanjang umumnya cacing, melainkan di salah satu ujungnya terdapat banyak serabut berwarna merah yang bergerak bebas.

Karenanya pantas kalau cacing temuan Ana Hilario dari Universitas Averio Portugal itu akan dinamai Medusa, untuk mengingatkan pada makhluk berambut ular dalam mitologi Yunani. Hilario menemukannya di endapan lumpur vulkanik di Teluk Cadiz, Spanyol yang berada di bagian barat daya Samudera Atlantik.

Lumpur vulkanik yang muncul dari rekahan di dasar laut mengandung methan sehingga menyediakan sumber energi yang melimpah untuk membentuk komunitas kehidupan yang beragam. Dari kawasan tersebut, Hilario dan timnya menemukan 20 cacing namun hanya satu yang paling unik.

Cacing yang berukuran kecil tersebut diidentifikasi dalam kelompok yang disebut frenulate. Para ilmuwan belum banyak tahu mengenai cacing jenis ini. Salah satu rahasia alam yang telah diketahui bahwa di dalam tubuhnya terdapat organ khusus yang mengandung bakteri.

Bakteri tersebut membantu menghasilkan senyawa organik yang dibutuhkan cacing tersebut. Tubuh cacing menyerap zat kimia seperti methan melalui permukaan tubuhnya dan meneruskannya ke organ berisi bakteri untuk diolah.

Selengkapnya......