Minggu, 25 Januari 2009
Fenomena gerhana matahari cincin yang akan terjadi Senin (26/1/2009) sore merupakan kesempatan langka yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Apalagi, ini hanya dapat dilihat dari daratan Indonesia. Sayangnya, untuk melihatnya disarankan tidak menggunakan mata telanjang karena bisa mengakibatkan kebutaan.
"Mata kita meskipun mempunyai pelindung terhadap cahaya yang menyilaukan seperti gerhana, tetapi jika dipaksakan bisa menyebabkan kebutaan," ujar pakar astronomi dari Institut Teknologi Bandung, Moedji Raharto, ketika dihubungi di Jakarta, Minggu kemarin.
Namun, bagi yang ingin tetap melihatnya bisa menggunakan alat sederhana atau dengan bantuan alam. Beberapa cara layak dicoba, seperti menggunakan lapisan film atau pergerakan awan yang melewati arah pandang gerhana matahari.
Dikatakan Moedji, pergerakan awan yang bisa kita manfaatkan untuk melihat gerhana adalah ketika ada awan yang melintas tepat di gerhana matahari. Saat itu awan menjadi filter berkas cahaya yang berbahaya jika diterima mata. "Meskipun begitu, kita tidak boleh melihat terus-menerus. Beberapa detik harus beristirahat," tambah Moedji.
Selain itu, beberapa alat juga dapat digunakan, yakni CD dan film negatif yang telah terbakar ketika dicuci. Namun, tentunya paling aman adalah melihat dengan kaca mata khusus yang dijual di toko alat-alat astronomi atau teleskop yang sesuai dengan standar atau khusus untuk melihat fenomena gerhana.
Bahkan, memotret gerhana dengan kamera pun berbahaya. Selain bisa merusak mata, sensor cahaya pada kamera juga bisa rusak fatal. Bagian depan kamera tetap harus diberi filter terhadap cahaya Matahari.
Lewat fenomena gerhana, lanjut Moedji, masyarakat diharapkan tidak hanya melihat sebagai sebuah peristiwa saja. Perenungan terhadap matahari dan bumi sebagai benda alam yang sangat berkaitan dengan kehidupan bumi justru sangat penting. Masyarakat bisa memahami pentingnya menjaga kelestarian bumi lewat bantuan matahari sehingga tidak menjadi petaka.
"Matahari sebagai energi dan kebutuhan bagi bumi juga bisa memberikan dampak yang negatif jika kondisi bumi dirusak," ungkap Moedji.