Catenaccio Sekarat


Selasa, 10 Juni 2008 | 06:01 WIB

BERNE, SELASA - Sepakbola Italia adalah Catenaccio. Sebuah sistem pertahanan gerendel yang membuat mereka begitu perkasa, sulit dibobol gawangnya. Tapi, kekalahan 0-3 dari Belanda di pertandingan Grup C Euro 2008 seperti kabar kehancuran Catenaccio.

Itu kekalahan terbesar Italia di Piala Eropa sepanjang sejarah mereka. Sebelumnya, kekalahan terbesar ketika mereka ditaklukkan Uni Soviet 0-2 di Piala Eropa 1988.

Wajar jika kiper Italia, Gianluigi Buffon, mengeluhkannya. Menurutnya, ada sesuatu yang salah dalam pertahanan Italia.

"Jelas, ketika Italia kalah 0-3, berarti ada sesuatu yang salah," keluh Gianluigi Buffon.

Catenaccio sudah lama menjadi kekuatan utama Italia. Sistem pertahanan yang menempatkan satu pemain khusus menempel dan mematikan penyerang lawan paling berbahaya. Dan, pemain yang selama ini paling pantas menjadi gerendel itu adalah Fabio Cannavaro. Sayangnya, sang kapten itu malah cedera saat latihan dan tak bisa membela timnya di Euro 2008.

Akibatnya, Italia hanya mengandalkan Marco Materazzi dan Andrea Barzagli sebagai bek tengah. Ternyata, keduanya tak tampil sebaik Cannavaro, Paolo Maldini, atau Alessandro Nesta.

"Benar-benar sangat sulit tampil tanpa kapten utama. Kami kehilangan besar, tapi kami akan berusaha tampil lebih baik di pertandingan-pertandingan berikutnya," kata bek sayap Italia, Fabio Grosso.

Memang, Italia telah kehilangan ciri khas pertahanannya. Lini belakang mereka tak ubahnya jajaran defender yang gugup, kurang jeli membaca pertahanan, dan tak mampu mematikan pemain-pemain lawan yang berbahaya.

Ruud van Nistelrooy sudah mendapat dua peluang mencetak gol, sebelum akhirnya dia membobol gawang Gianluigi Buffon di menit ke-26. Kemudian, pertahanan Italia begitu mudah membiarkan Wesley Sneijder mencetak gol kedua. Bahkan, sebelum babak pertama berakhir, Van Nistelrooy terlepas dan hanya berhadapan dengan Buffon. Gol ketiga yang dicetak Giovanni van Bronchorst juga menunjukkan begitu lemahnya pertahanan Italia. Dia tak terkawal dan bebas menanduk umpan Dirk Kuyt.

"Jika Anda terteror lima sampai enam kali, berarti ada problem di pertahanan dan di sektor lain. Belanda pantas memenangkan pertandingan. Kini, saya harus memohon maaf kepada fans Italia," sesal Buffon.

Materazzi terlihat tidak dalam bentuk permainan terbaiknya. Dia seperti kesulitan menahan serangan-serangan Belanda. Maka, pada menit ke-54, pelatih Roberto Donadoni menggantinya dengan Fabio Grosso. Tapi, tetap saja pertahanan Italia tidak sekuat dulu. Bahkan, akhirnya Belanda berhasil menambah satu gol.

Sepertinya, catenaccio yang selama ini diandalkan dan menjadi ciri khas Italia sedang sekarat. Gli Azzurri harus bekerja keras untuk memperbaikinya, agar tak kembali buruk saat melawan Rumania dan Prancis.

0 komentar: